Saturday 9 August 2008

Kalau Aku Jadi Duta Lingkungan

KALO AKU JADI DUTA LINGKUNGAN


Kalo aku jadi duta lingkungan Gedangan. Hal pertama yang aku lakukan adalah bersyukur kepada ALLAH SWT, karena memberikan aku kesempatan menjadi seorang yang berguna di sekolah tercintaku.

Mengenai duta lingkungan yang aku rasa sangat berat tugasnya, namun aku yakin menyenangkan. Agak gampang-gampang susah memang, mengingat harus ada obserfasi dan ketelitian lebih terhadap sekitar. Ini pun, masih ada beberapa kesulitan, di antaranya adalah, antara duta dan murid SMA 1 Gedangan lain haruslah ada keselarasan pikiran maupun tindakan, untuk mencapai visi dan misi yang diharapkan oleh duta lingkungan. Antara guru dan penunjang staff lainya harus ada kerja sama dan permudah persetujuan, agar tidak hanya sekedar tulisan belaka, tetapi realisasi yang tepat dan sesuai dengan yang di harapkan. Yang gak kalah penting adalah persetujuan dari Kepala Sekolah tercinta, tentang program yang akan aku buat.

Pertama-tama, tata letak bangunan yang aku rasa sangat tidak efisien untuk menunjang pemandangan dan keasrian. Banyak bangunan yang di bangun secara acak dan memenuhi lahan kosong, yang seharusnya dapat digunakan sebagai mediasi tanaman rindang , guna mencegah pemanasan global yang menjadi momok anak- anak kulit putih di gedangan. Yang disarankan adalah, perencanaan pembangunan yang meninggi – tingkat-, lebih efektif dan tidak memakan lahan terlalu banyak. Selain itu, ruang kelas yang menjulang tinggi, dapat membiasakan warga Bananas terbiasa olah raga pagi.

Yang di cermati dan paling meresahkan hidup adalah, sampah. Dimana keberadaannya selama ini selalu mengganggu jarak pandang kita. Dimana-mana ada sampah bertebaran. Cara yang efisien untuk menanggulangi adanya peledakan jumlah sampah yang berserakan adalah menempatkan tong sampah – 1 untuk setiap kelasnya-, sebagai wadah. Namun, agaknya kepedulian masyarakat Bananas kurang sekali. Entah karena mereka merasa gak piket hari itu, ato karena memang mereka cuek ama lingkungan. Seandainya aku jadi duta Bananas, terutama dalam bidang lingkungan. Aku akan menempatkan dua buah tong sampah di depan kelas, tentunya ada maksud tertentu. Seperti kebanyakan Negara maju lainnya, yang sudah membiasakan diri dari zaman eyangnya, untuk memilah sampah organic dan anorganik. Mungkin ini agak sepele. Pasti kebanyakan warga Bananas , menganggap kalo sampah ya sampah. Sama aja gak ada bedanya. Tetapi tahukah Anda, dengan memilah sampah ini banyak sekali manfaat yang akan di peroleh. Sampah terdiri dari banyak komponen. Ada yang dari kertas, ada yang dari plastic ( polimer ) , ada yang dari daun, dll. Dan kebanyakan adalah dari plastik. Membayangkan polimer yang dibakar dengan api membara, dan menghasilkan asap hitam dengan bau menyengat , hidung saya sudah muak. Polimer ato plastic, tidak boleh di bakar. Karena asapnya akan mengandung senyawa kimia yang membahayakan pernafasan manusia, untuk itu,. Sampah yang berupa plastic harusnya di daur ulang kembali. Selain keberadaanya yang sulit di uraikan oleh mikroorganisme, plastic tidak sama sekali di anjurkan untuk dilenyapkan dengan cara di baker. Nah, dengan memisahkan sampah organic dan anorganik ini, akan membantu Pak Kebun Menjaga lingkungan.

Kembali soal keefektifan pemisahan sampah organic dan anorganik ini. Aku rasa sama seperti pemberlakuan tong sampah sebelumnya. Cara ini kurang efektif, jika tidak di barengi dengan sangsi atas pelanggaran peraturan ini. Coba pikir, Singapura yang kecil itu, gak mungkin sedamai, seindah, dan sebersih itu, kalo saja negaranya membiarkan masyarakatnya berbuat semaunya. Semua itu ada menernya. Gak boleh grasak-grusuk dan seenaknya sendiri. Seprti contoh , saat kamu buang ludah sembarangan kamu bakal di kenai denda yang ampun, pasti akan nguras kantong kamu. Nah, sekali lagi kita bisa mencuplik kebudayaan Negara maju untuk di terapkan di sekolah kita tercinta, guna terlaksananya cita-cita.

Bagi siapa saja yang melanggar peraturan, terutama masalah rokok dan pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya, harusnya di kenai sangsi financial, agar tak terulang lagi. Aku yakin usulan ini akan menuai banyak protes dari banyak kalangan di SMAN 1 Gedangan. Tapi, sadarkah kita ? Kebanyakan kita selalu berkelu kesah tentang lingkungan SMUN 1 Gedangan, yang jujur aku akui kurang kondusif. Tapi sama sekali tidak ada tindakan real yang mengubah ketidak kondusifan itu menjadi sesuatu yang kondusif.

Kolam di belakang, tepatnya di samping kanan kiri lorong penghubung, yang keberadaanya sangat menggangu keasyikan bermain di sekolah. Seandainya kolam itu dapat digunakan sebagai tempat nongkrong, dengan pepohonan yang rindang, tempat duduk untuk bercengkrama, rumput hijau rapi yang menggoda kita untuk tiduran di sana. Stop! Hayalan boleh tinggi. Tapi saatnya bertindak. Dulu sekali, pada saat aku masih menjadi anggota MPK Bananas, Pak Sulaiman pernah mengatakan, “ Setiap anak di wajibkan membawa pasir sebanyak satu kantong plastic, guna menimbun lubang yang mirip kolam – kolam kembar-.” Saat itu aku fakir betapa brilian idenya. Tapi kenapa sampai saat ini – aku sudah kelas 2 -, belum ada tindakan untuk mengatasi kolam kembar, yang konon sudah menjadi rumah mewah bagi para ular air.

Diilhami dari perkataan Pak Sulaiman, kami menjadikan penimbunan kolam kembar menjadi peroioitas pertama, sebelum sampah. Ini dikarenakan banyak sekali dampak negatif yang akan ditimbulkan, salah satunya adalah air kotor yang tertampung di kolam kembar, memungkinkan tempat bersarangnya banyak penyakit. Apalagi saat musim hujan datang, tentunya hal ini akan menjadi lebih buruk. Air kolam yang menggenangi jalan, membikin becek , banyak kuman. Dan ampun …jangan di teruskan!. Memang satu-satunya cara untuk membinasakan itu semua adalah dengan menguruk kolam kembar. Namun, kendala terbesar pastilah biaya. Untuk itu, hendaknya kita sebagai murid Gedangan yang sadar akan lingkungan mau sedikit menyumbang pasir. Minimal satu kantong plastic.

Ngomong-ngomong, dulu sekali saat aku masih kelas satu. Ada kegiatan Jumat bersih. Nah, kemana sekarang perginya hari itu. Dengan adanya progam Jumat bersih – tak ada masud untuk mengesampingkan IMTAQ- , secara bergilir akan menanamkan sifat disiplin dan cinta lingkungan sekitar.

Banyak lagi rencana yang ada di benak saya, diantaranya sehari tanpa asap, yang menuju subjek para pengendara motor Banana. Kemudian, masalah kebersihan dan ketertiban kamar mandi. Aula yang dapat dirias. Dan taman baca alam terbuka.

Namun, sekali lagi semua itu tak akan terwujud jika, salah satu komponen tidak ikut serta. Jadi poinnya adalah kesadaran setiap warga, untuk menciptakan kenyamanan dan ketentraman, saat berada di sekolah.

No comments: