Saturday 9 August 2008

Anggrek

erit pepohonan sepanjjang jalan Kenanga, membuat bulu kudukku berdiri tegang. Aku semakin mempercepat langkahku menuju rumah besar dengan tulisan papan reklame “ PANTI ASUHAN KASIH IBU “, yang letaknya cukup jauh dari pemukiman lain. Ku langkahkan kakiku melewati gerbang yang di cat warna hitam. Menutup gerbang itu dengan perlahan, kemudian sedikit berlari kecil untuk menuju pintu utama.

Aku mengetuk pintu perlahan. Pintu yang lusuh itu, seakan berdencit ringan.Aku merasa parno sendiri melihat bangunan tua yang sekarang aku singgahi. Seoarang wanita paruh baya membukakan pintu, benar saja. Pintu itu berdegub menggoncang jendela di sebelahnya. Lagi-lagi aku mengernyit tidak sopan. Wanita itu memandang menyelidik ke arahku. Memandang dari ujung rambut sampai kaki, begitu berulang-ulang. Sampai pada akhirnya dia sadar siapa aku.

“ Anggrek?!?!?”, tanyanya masih dengan gurat wajah ragu.

Aku mengangguk senang. “ Nenek…!!”, ujarku berikutnya. Aku menghamburkan pelukanku ke arahnya, dia membalas dengan senang dan mempersilahkan aku masuk. Di ruang tengah, tempat anak-anak panti berkumpul, aku menemukan sosok Rendra, sahabat kecilku dulu.

“ Kya…!”, teriakku senang. Tak ku sangka bisa bertemu Rendra lagi di panti.

“ Anggrek?”, aku mengangguk” Om my god, you look so different?”, ujarnya kemudian merangkulku, membalas sejenak. Aku emnggiringnya kea rah kursi yang letaknya ada id pojok ruanggan. Aku ingin bercengkrama tanpa gangguan dengannya.

“ Gila lo yh, dah lupa ya ama panti. Dah 12 tahun lo gak jenguk , kan?” tanyanya antusias.

“ Hem…iya sich. Lo kan tahu ndiri, orangtua angkan gue ngajak gue pindah ke Jepang. Dan emang kok gue baru balik akhir bulan ini. Jangan salah…tempat pertama yang paling gue pingin kunjungi setelah gue balik ke Indonesia yap anti. So…gue pikir lo salah besar deh , kalo mikir gue lupa sama panti.”

“ Iya…iya…lo tambah cerewet aja ya?”, goda Rendra.

“ Udah deh ngomongin gue-nya. Sekarang gentian lo yang cerita. Gue dengar kabar terakhir dari Nenek lo di adopsi sama keluarga, penyumbang dana terbesar panti?”

“ Hahhahahah…Alhamdullilah, Allah mang sayang sama gue. Iya, memang bener apa yang di katakana Nenek. Sebulan setelah pengapdosian lo, gue diadopsi ama sebuah keluarga dari Jakarta. Mereka sangat baik padaku. Memberikan aku kehidupan layak, mereka memperlakukan aku sama seperti dua orang anaknya. Dan saudara angkatku, juga tak pernah menyinggung masalah statusku. Tapi..”, Rendra menggantung ucapannya.

“ Tapi apa?”, ujarku penasaran.

“ Tapi…tapi rahasia!”, Rendra tersenyum usil kepadaku.

“ Sial Lo! Iya Allah memang sayang sama kita semua. “

“ Eh…ngomong-ngomong lo netep nih tinggal di Indo?”

“ Yup…rencananya sich sampe tiga tahun ke depan. Departemen dalam negri sedang mengalami goncangan besar, akibat kenaikan harga BBM dunia. Ayahku di tarik kembali ke RI untu focus terhadap masalah ini. Sebagai penasehat umum mentri keuanggan.”

“ Selama menetap lo mau sekolah dimana?”

“ Kurang tahu? Mama sich menyarankan untuk melanjutkan studi di Internasional skull aja, tapi aku kepingin di sekolah negri .”

“ Lo sekolah aja di tempat gue. Kondusif kok. Udah SI lagi. Jadi, mama lo gak perlu kahwatir tentang fasilitas pendidikannya.”

“ Good idea.”

Tiba-tiba Hp Ren

No comments: